Guru lulusan USAID - Masih banyak calon mahasiswa yang menganggap bahwa bisa berkuliah di perguruan tinggi yang berada di luar negeri menjadi angan-angan. Tapi hal itu bisa di pupuskan oleh Erlina Mariana Rosada Sari Siregar, yang telah berhasil menyelesaikan studinya di Western Michigan University di Amerika Serikat (AS). Sekarang dia sedang mengajar sebagai guru matematika di SMAN I Ingin Jaya, Aceh. Bukan karena dia memiliki uang banyak dia bisa melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tapi dia mendapatkan beasiswa yang sangat membantu menyelesaikan pendidikannya di luar negeri tersebut.
Guru matematika ini ingin dijadikan sebagai role model yang bisa membuat muridnya semangat untuk mengejar beasiswa di perguruan tinggi di luar negeri. Dia menjelaskan bahwa masih banyak siswa yang masih belum memiliki motivasi untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi apalagi di perguruan tinggi yang berada di luar negeri.
Dia mengatakan "Dulu saya diajar oleh guru lulusan S-1 atau PGSD. Nah saya berpikir bahwa generasi yang akan datang bisa diajar oleh seorang guru profesional. Supaya guru bisa menjadi role model bagi anak didiknya, dan mereka punya mimpi yang tinggi" dikutip dari Okezone.com.
Alumni Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) ini juga mengatakan bahwa motivasinya juga datang dari ibunya yang walaupun hanya lulusan SD tapi ibunya slalu memberikan dorongan kepada Erlina untuk cepat-cepat meneruskan pendidikannya ke S -2. Setelah mencoba banyak beasiswa akhirnya dia diterima sebagai penerima beasiswa di USAID PRESTASI dengan mengantongi bekal TOEFL 450.
Dia juga menjelaskan bahwa dia tidak mahir bahasa Inggris dan dia membutuhkan waktu enam bulan untuk bisa mendapatkan nilai TOEFL 450.
Setelah kepulangannya ke Indonesia dia tidak begitu saja melupakan temannya yang berada di negeri Paman Sam tersebut, mereka masih berkomunikasi dengan baik melalui Facebook.
Baca juga Beasiswa Kuliah di Macquarie University Australia
Sekembalinya dia ke ke Indonesia dia juga bercerita "Waktu saya berangkat siswa kelas X dan XI masih kenal. Tapi begitu pulang mereka sudah lulus dan ganti anak baru. Anak-anak baru ini tahu saya guru yang baru pulang dari Amerika. Akhirnya ketika pelajaran mereka tidak bicara dalam bahasa Aceh, tetapi bahasa Indonesia atau Inggris".
Erlina mengatakan dengan ilmu yang di bawa pulang dari negeri Paman Sam ini akan menjadikan siswanya tidak takut lagi dengan matematika, dan akan mengajarkan mereka agar lebih kritis dan aktif ketika sedang mengikuti jam di kelas. Ini yang dia katakan "Saya menerapkan pembelajaran secara aktif. Jadi anak diajak berpartisipasi. Saya tidak langsung memberi jawaban, tapi meminta mereka ikut berpikir. Sekarang secara bertahap, saya tak perlu mengajari A sampai Z lagi karena mereka sebagian sudah bisa menemukan jawaban sendiri. Sedangkan guru hanya mengarahkan" jelasnya.