Satelit Multifungsi (SATRIA) Pertama dan Terbesar di Asia


Jakarta, Kominfo – Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, baru saja melakukan penandatanganan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Proyek Satelit Multifungsi (SMF). SATRIA yang akan diluncurkan pada kuartal kedua tahun 2022 merupakan jenis satelit yang pertama dan terbesar di Asia.

“Satelit ini merupakan yang pertama di Asia, yang terbesar untuk kelas biasa 100 giga,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam sambutan Acara Penandatangan Perjanjian Kerjasama, Perjanjian Penjaminan, dan Perjanjian Regres Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Satelit Multifungsi di Museum Nasional Jakarta, Jumat (03/05/2019). 

Menteri Kominfo mengatakan satelit multifungsi ini berada pada urutan ke-5 di dunia dari sisi kapasitas. “Tadi saya diberitahu, ini nomor 5 di dunia dari sisi kapasitas. Dari sisi kebutuhan, ini akan meningkatkan lagi posisi Indonesia bahwa, kita ini negara yang memang dilandasi oleh infrastruktur komunikasi, terutama internet satelit,” ujarnya.  

Menteri Rudiantara menuturkan, Indonesia pada tahun 70-an menjadi negara urutan ke-3 di dunia yang  mempunyai satelit sendiri. Namun, setelah itu tenggelam dengan sendirinya. 

Lanjut Menteri Rudiantara, anggaran dari satelit tersebut angkanya cukup besar, diatas Rp 21 triliun. Satelit akan diluncurkan pada tahun 2020 nanti. 

"Beroperasinya selama 15 tahun. Kita berharap keberadaan satelit ini membuat bangsa kita semakin maju dan makin disegani di dunia," pungkasnya.


Satelit yang sudah dimiliki Indonesia saat ini bertujuan untuk mencukupi kabutuhan telekomunikasi seluler. Sementara, Satri  diproyeksikan untuk mencukupi keutuhan internet dan bisa menjangkau wilayah lebih luas, khususnya daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terlular) serta daerah perbatasan. Ada 150.000 titik layanan yang rencananya akan dijangkau Satria. Jika dirinci per wilayah, ada 54.400 titik di Sumatra, 19.300 di Kalimantan, 23.900 titik di Sulawesi, 18.500 di Papua dan Maluku, 13.500 di Bali dan Nusa Tenggara, serta 19.400 titik di Pulau Jawa. Semua titik ini akan menyasar ke sektor layanan publik. Dari jenis peruntukannya. 93.400 titik ditujukan bagi sekolah, 3.700 titik layanan kesehatan, 3.900 sektor polhukam, dan 47.900 titik kantor daerah. Tidak hanya berpusat di Jawa Dengan satelit ini, Rudiantara berharap pembangunan koneksi internet tidak hanya berpusat di Pulau Jawa.

"Tidak boleh dibangun di Pulau Jawa, kita harus distribusi ke 150.000 daerah. Mungkin ada lima lokasi yang masing-masing 30 ribu titik. Ratakan pembangunan hingga di luar Jawa," lanjut Rudiantara. Proyek perancangan ini membutuhkan waktu sekitar 3,5 tahun. Satelit interet ini  direncanakanan akan rampung pada tahun 2022 dan akan siap dioperasikan ada tahun 2023. Satria akan sampai pada orbit 146 BT menggunakan frekuensi Ka-band dengan teknologi  very High Throughput Satellite (HTS) berkapasitas 150Gbps.

Seperti proyek Palapa Ring, proyek SMF juga akan menggunakan skema KPBU. Skema ini merupakan gabungan antara pemerintah dan badan swasta, sehingga tidak langsung membebani APBN. Untuk diketahui, proyek kerja sama ini ditandatangani oleh Kominfo, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) selaku penjamin, dan konsorsium PSN sebagai pelaksana dengan PT Satelit Nusantara Tiga sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP). Adapun konsorsium PSN terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.

Related Posts

Load comments