JUKNIS Penyaluran TPG (Tunjangan Profesi Guru) Madrasah 2017

JUKNIS Penyaluran TPG (Tunjangan Profesi Guru) Madrasah 2017. Petunjuk Teknis (Juknis) Penyaluran Tunjangan Profesi Guru (TPG) bagi Guru Madrasah Tahun 2017 telah disosialisasikan oleh Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Republik Indonesia. Juknis ini dikeluarkan bersamaan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor: 7394 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran TPG bagi guru Madrasah tahun 2017. Anda melihat tatacara pembayaran hingga persyaratan Guru yang mendapatkan Tunjangan profesi ini. Maka dari itu, simaklah informasi di bawah ini sampai tuntas jika Anda ingin memahami tentang pembayaran Tunjangan Profesi Guru Madrasah Tahun 2017 ini. 

Didalam Juknis Penyaluran Tunjangan Profesi Guru Madrasah Tahun 2017 ini juga dijelaskan secara rinci mengenai Kriteria Penerima Tunjangan Profesi Guru Madrasah Tahun 2017, Ketentuan dan Mekanisme Penyalurannya, Prosedur Pembayaran TPG, Waktu Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Profesi Guru Madrasah Tahun 2017 hingga pada Pembatalan dan Penghentian Pembayaran TPG guru Madrasah Tahun 2017. 

Selain itu Pada JUKNIS Tunjangan Profesi Guru Madrasah Tahun 2017 tersebut terdapat beberapa lampiran, diantaranya adalah Format Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas Pembelajaran/Bimbingan dan Tugas Tertentu, Contoh Surat Keterangan Beban Kerja (SKBK), Tabel Kesesuaian Mata Pelajaran di Madrasah yang diampu dengan Sertifikat Pendidik (Sesuai KMA nomor 103 Tahun 2015), dan Kesesuaian Mata Pelajaran umum yang diampu dengan Sertifikat Pendidik (Sesuai KMA nomor 303 Tahun 2016 dan Permendikbud nomor 46 Tahun 2016.

Anda bisa mengunduh file Aslinya pada link di paling bawah, namun Anda juga bisa melihat cuplikan isi dari Juknis tersebut di bawah ini. Berikut ini merupakan beberapa salinan isi yang terdapat dalam Juknis Penyaluran TPG guru Madrasah Tahun 2017; 

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU BAGI GURU MADRASAH TAHUN 2017

Petunjuk Teknis TPG Madrasah 2017

KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Sertifikasi Guru merupakan salah satu wujud implementasi dari Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sebagai wujud pelasanaan program sertifikasi dimaksud, dihaparkan guru yang sudah menyandang gelar sebagai guru profesional bidang studi mampu meningkatkan kompetensi, motivasi, profesionalisme serta kinerjanya dalam melaksanakan tugas keprofesian pendidiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dipandang perlu memberikan tunjangan profesi guru. 
Baca Juga: Pelaksanaan Verifikasi Pembayaran Tunjangan Profesi (Inpassing) Guru Madrasah Tahun 2017
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, untuk kelancaran penyaluran tunjangan profesi guru bagi guru madrasah yang telah memperoleh sertifikat pendidik, nomor regristasi guru, memenuhi beban kerja dan melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan diperlukan petunjuk teknis tentang penyaluran tunjangan profesi guru. Oleh karena itu, petunjuk teknis ini perlu dipahami dengan baik oleh semua unsur baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Unsur pusat yaitu Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah. Unsur daerah yaitu kantor wilayah Kementerian Agama provinsi, kantor kementerian agama kabupaten/kota dan madrasah termasuk para kepala madrasah, guru madrasah dan pengawas sekolah pada madrasah. 

Terima kasih disampaikan kepada semua pihak atas kontribusinya dalam penyusunan petunjuk teknis ini, semoga bermanfaat

PENDAHULUAN
Tunjangan Profesi Guru adalah tunjangan yang diberikan kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas profesionalitasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Inpassing adalah proses penyetaraan jabatan, pangkat, dan golongan Guru Bukan PNS (GBPNS) dengan pangkat, golongan dan jabatan Guru PNS. Sedangkan Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dengan kekhasan agama islam yang mencakup raudhatul athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan. 

Sasaran
Sasaran penerima tunjangan profesi yaitu guru madrasah yang bersatus sebagai Guru PNS dan Guru Bukan PNS yang telah memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi Guru (NRG), memenuhi  beban kerja, dan melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BESARAN SUMBER DANA
A. BESARAN
Guru  madrasah  yang  berhak  mendapatkan  tunjangan  profesi  guru  ditetapkan  melalui keputusan  Kuasa  Pengguna  Anggaran  (KPA)  pada  satuan  kerja  Kantor  Kementerian  Agama Kabupaten/Kota  dan/atau  Madrasah  Negeri.  Besaran  tunjangan  profesi  bagi  guru  madrasah sebagai berikut: 
1. Guru PNS diberikan tunjangan sebesar gaji pokok per bulan.
2. Guru  Bukan  PNS  yang  sudah  disetarakan  (inpassing) diberikan  tunjangan  sebesar 1  (satu)  kali  gaji  pokok  per  bulan  disesuaikan  dengan  memperhatikan  Pangkat, Golongan,  Jabatan  dan  Kualifikasi  Akademik  yang  berlaku  bagi  guru  PNS  sebagaimana tercantum  dalam  SK  Inpassing,  tidak  memperhitungkan  ketentuan  masa  kerja  sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
3. Guru Bukan PNS yang belum disetarakan (non inpassing) diberikan tunjangan profesi sebesar  Rp.  1.500.000,-  (satu  juta  lima  ratus  ribu  rupiah)  per  bulan  sesuai  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. SUMBER DANA 
Sumber  dana  untuk  pembayaran  tunjangan  profesi  bagi  guru  PNS  yang  satuan administrasi  pangkalnya  di  Madrasah  Negeri,  dibebankan  kepada  Daftar  Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Madrasah Negeri yang bersangkutan dan/atau Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
Sumber dana untuk pembayaran tunjangan profesi selain sebagaimana dimaksud di atas, dibebankan  kepada  Daftar  Isian  Pelaksanaan  Anggaran  (DIPA)  Kantor  Kementerian  Agama Kabupaten/Kota dan/atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.

PENERIMA TUNJANGAN PROFESI GURU 
A. KRITERIA
Kriteria guru madrasah penerima tunjangan profesi sebagai berikut:
1.  Guru yang mengajar pada satuan administrasi pangkal binaan Kementerian Agama. 
2.  Pengawas  sekolah  pada  madrasah  yang  melaksanakan  tugas  kepengawasan  pada  satuan pendidikan binaan Kementerian Agama. 
3.  Memenuhi Kualifikasi Akademik S-1 atau D-IV. Khusus Guru PNS yang masih gol II namun sudah lulus S1-1/D-IV sebelum tanggal 31 Desember 2015 dan telah memenuhi persyaratan yang diatur melalui Surat Sekjen Kementerian Agama Nomor 7362/SJ/Kp.01.1/10/2016. 
4.  Memiliki  sertifikat  pendidik  yang  telah  diberi  satu  Nomor  Registrasi  Guru  (NRG)  yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan sudah ditetapkan melalui surat penetapan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. Setiap guru hanya memiliki  satu  NRG  walaupun  guru  yang  bersangkutan  memiliki  satu  atau  lebih  sertifikat pendidik. 
5.  Memiliki  SKBK  dan  SKMT  yang  diterbitkan  oleh  instansi  Kementerian  Agama  melalui SIMPATIKA dan ditandatangani oleh pejabat terkait sesuai dengan kewenangannya. 
6.  Bertugas pada satuan pendidikan yang memiliki izin operasional penyelenggaraan pendidikan dan  memenuhi  rasio  peserta  didik  terhadap  guru  sesuai  ketentuan  Pasal  17  Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Rasio peserta didik terhadap guru adalah 15  :  1  untuk  jenjang  RA/MI/MTs/MA  dan  12  :  1  untuk  jenjang  MAK.  Rasio  dihitung berdasarkan  jumlah  rata-rata  peserta  didik  dari  seluruh  kelas/rombongan  belajar  yang diampu  oleh  setiap  guru.  Pemenuhan  rasio  dimaksud  dapat  diberikan  dispensasi  jika  guru bertugas di madrasah pada kondisi (Dispensasi 1): 
a.  Terletak di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal). 
b.  Terletak  di  daerah  yang  secara  geografis  dan/atau  demografis  menyebabkan  jumlah penduduknya  sangat  minim,  yang  ditunjukkan  melalui  surat  keterangan  yang diterbitkan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 
c.  Madrasah yang menyelenggarakan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus (MILB, MTsLB, MALB atau yang sejenis). 

7.  Pemenuhan  beban  kerja  minimal  6  jam  tatap  muka,  tugas  tambahan  dan  melaksanakan pembinaan  kegiatan  ko  kurikuler  dan/atau  ekstra  kurikuler,  dilaksanakan  di  satuan administrasi pangkalnya (satminkal). 
8.  Beban  kerja  guru  dan  pemenuhannya  ditentukan  berdasarkan  kurikulum  yang  berlaku  di rombongan belajarnya. (Daftar madrasah pelaksana Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tahun 2006 adalah yang terdaftar pada Kementerian Agama).
9.  Beban  kerja  guru  adalah  paling  sedikit  24  (dua  puluh  empat)  jam  tatap  muka  dan  paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu untuk mata pelajaran yang diampu  yang  sesuai  dengan  sertifikat  pendidik  yang  dimilikinya. Kesesuaian  mata pelajaran  sertifikat  pendidik  sesuai  dengan  tabel  linearitas  dalam  lampiran petunjuk teknis ini. 
10. Ketentuan  sebagaimana  dimaksud  pada  angka  8  dikecualikan  dengan  ketentuan  sebagai berikut: 
a. Mendapat tugas  tambahan sebagai  kepala satuan pendidikan,  mengajar paling sedikit  6 (enam) jam tatap muka per minggu di satminkal yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang  dimilikinya  atau  membimbing  40  (empat  puluh)  peserta  didik  bagi  kepala  satuan pendidikan  yang  bersertifikat  pendidik  sebagai  guru  bimbingan  dan  konseling/konselor atau Pembimbing TIK (K-13). 
b. Guru  berstatus  PNS  DPK  yang  diberi  tugas  tambahan  sebagai  kepala  madrasah  swasta ditetapkan melalui keputusan ketua/pimpinan penyelenggara pendidikan, mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka per minggu di satminkal yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik di satminkal bagi  kepala  satuan  pendidikan  yang  bersertifikat  pendidik  sebagai  guru  bimbingan  dan konseling/konselor atau Pembimbing TIK (K-13). 
c. Kepala satuan pendidikan tidak boleh memangku tugas tambahan yang lain dan kegiatan ko kurikuler maupun ekstra kurikuler. 
d. Mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan pada MTs dan MA/MAK atau koordinator bidang pendidikan madrasah pada MI, mengajar paling sedikit 12 (dua belas)  jam  tatap  muka  per  minggu  di  satminkal  atau  membimbing  80  (delapan  puluh) peserta  didik  paling  sedikit  40  (empat  puluh)  peserta  didik  di  satminkalnya  bagi  wakil kepala  satuan  pendidikan  yang  bersertifikat  pendidik  sebagai  guru  bimbingan  dan konseling/konselor atau TIK. 
Jumlah wakil kepala satuan pendidikan sesuai dengan persyaratan sebagai berikut. 
1) untuk jumlah koordinator bidang pendidikan madrasah pada satuan pendidikan jenjang MI ditentukan berdasarkan jumlah rombongan belajar, jumlah peserta didik, dan beban tugas  jenis  koordinator  bidang  maka  terkait  pembayaran  tunjangan  profesi  jumlah koordinator bidang pendidikan diatur sebagai berikut: 
a) 1-6 rombel sebanyak 1 (satu) orang koordinator satuan pendidikan. 
b) 7-12 rombel sebanyak 2 (dua) orang koordinator satuan pendidikan. 
c) 13-18 rombel sebanyak 3 (tiga) orang koordinator satuan pendidikan. 
d) ≥19 rombel sebanyak 4 (empat) orang koordinator satuan pendidikan. 
Koordinator  bidang  pendidikan  madrasah  meliputi:  kurikulum,  kesiswaan,  hubungan masyarakat, dan sarana dan prasarana. 
2) untuk  jumlah  wakil  kepala  satuan  pendidikan  jenjang  MTs  ditentukan  berdasarkan jumlah rombongan belajar, jumlah  peserta didik, dan  beban tugas  jenis wakil  kepala madrasah  mterkait  pembayaran  tunjangan  profesi  jumlah  wakil  kepala  satuan pendidikan diatur sebagai berikut: 
a)  1-3 rombel sebanyak 1 (satu) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
b)  4-5 rombel sebanyak 2 (dua) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
c)  6-8 rombel sebanyak 3 (tiga) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
d)  ≥9 rombel sebanyak 4 (empat) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
3) untuk jumlah wakil kepala satuan pendidikan jenjang MA/MAK ditentukan berdasarkan jumlah rombongan belajar, jumlah  peserta didik, dan  beban tugas  jenis wakil  kepala madrasah  maka  terkait  pembayaran  tunjangan  profesi  jumlah  wakil  kepala  satuan pendidikan diatur sebagai berikut: 
a)  1-3 rombel sebanyak 1 (satu) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
b)  4-5 rombel sebanyak 2 (dua) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
c)  6-8 rombel sebanyak 3 (tiga) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
d)  ≥9 rombel sebanyak 4 (empat) orang wakil kepala satuan pendidikan. 
e. Mendapat  tugas  tambahan  sebagai  wali  kelas  di  satminkal  paling  sedikit  22  (dua  puluh dua) jam tatap muka per minggu.
f.  Mendapat  tugas  tambahan  sebagai guru piket  di  satminkal paling  sedikit  23  (dua puluh tiga) jam tatap muka per minggu. 
g. Mendapat tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan pada jenjang MI/MTs/MA/MAK, kepala  laboratorium  pada  jenjang  MTs/MA/MAK,  pembina  asrama  (khusus  madrasah berasrama) pada jenjang MI/MTs/MA/MAK, ketua program keahlian/program studi pada jenjang  MI/MTs/MA/MAK,  pembimbing  khusus  (khusus  madrasah  pada  jenjang MI/MTs/MA/MAK  yang  menyelenggarakan  pendidikan  inklusi/terpadu),  kepala  bengkel pada  jenjang  MA/MAK,  kepala  unit  produksi  dan  sejenisnya  pada  jenjang  MA/MAK, mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka per minggu. Beberapa ketentuan yang  harus  diperhatikan  dalam  memberikan  tugas  tambahan  bagi  Kepala  Perpustakaan dan Kepala Laboratorium sebagai berikut: 
1)  Kepala  satuan  pendidikan  (madrasah  negeri)  memberikan  tugas  tambahan  sebagai Kepala  Perpustakaan  atau  Kepala  Laboratorium  kepada  guru  (diutamakan  PNS) berdasarkan keputusan kepala madrasah negeri dengan mempertimbangkan sertifikat kompetensi  yang  dimiliki.  Sertifikat  kompetensi  dimaksud  bisa  dari  Balai  Diklat, Perguruan  Tinggi  atau  lembaga  lain  yang  mempunyai  program  perpustakaan  atau laboratorium. 
2)  Kepala satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat memberikan tugas tambahan  sebagai  Kepala  Perpustakaan  atau  Kepala  Laboratorium  kepada  guru berdasarkan  keputusan  kepala  madrasah  swasta  atas  persetujuan  Kepala  Kantor Kementerian  Agama  Kabupaten/Kota  dengan  mempertimbangkan  sertifikat kompetensi yang dimiliki. 
3)  Kepala  satuan  pendidikan  dapat  mengangkat  Kepala  Laboratorium  pada  jenjang MTs/MA/MAK, dengan kondisi sebagai berikut: 
a)  Jenjang  MTs  dapat  mengangkat  hanya  satu  orang  kepala  laboratorium  yang membawahi semua pengelola laboratorium. 
b)  Jenjang  MA/MAK  dapat  mengangkat  kepala  laboratorium/bengkel  sebanyak jumlah  program  peminatan  atau  program  keahlian  yang  ada  di  satuan pendidikan tersebut.

h. Bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling atau Pembimbing TIK pada madrasah yang melaksanakan Kurikulum K-13 mengampu paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik pada satu atau lebih satuan pendidikan, dengan mengampu paling sedikit 40 (empat puluh) orang peserta didik di satminkalnya. 
i.  Bertugas sebagai guru di madrasah/sekolah lain di luar satminkalnya baik negeri maupun swasta,  menjadi  guru  bina/pamong  pada  pendidikan  terbuka,  atau  mengajar  pada program  kelompok  belajar  Paket  A/’ula,  Paket  B/wushtha,  dan/atau  Paket  C  pada madrasah paling banyak 4 (empat) jam sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimiliki dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka sesuai sertifikat pendidik yang dilaksanakan pada satminkalnya. 
j.  Bertugas  sebagai  guru  pembimbing  khusus  pada  satuan  pendidikan  yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka per minggu, guru pembimbing khusus dapat berasal dari SLB atau guru PNS yang ada di madrasah inklusi yang sudah dilatih menjadi guru pembimbing khusus. 
k. Bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan di daerah khusus yang daerahnya/desanya ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019 (Dispensasi 2). 
l.  Bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan khusus, di mana peserta didiknya memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (Dispensasi 3). 
m. Bertugas  sebagai  guru yang  dibutuhkan  atas dasar pertimbangan  kepentingan  Nasional (Dispensasi 4) adalah: 
1)  Guru yang bertugas di madrasah Indonesia di Luar Negeri; 
2)  Guru yang ditugaskan menjadi guru di negara lain atas dasar kerjasama antarnegara. 
n. Bagi  guru  produktif  yang  berkeahlian  khusus/berkeahlian  langka/memiliki  keterampilan atau budaya khas daerah untuk mengajarkan praktik dapat dilakukan oleh guru lebih dari 1  (satu)  orang  sesuai  dengan  keahlian  yang  dibutuhkan.  Bagi  guru  produktif  yang berkeahlian  khusus/berkeahlian  langka/memiliki  keterampilan  atau  budaya  khas  daerah dibuktikan  dengan  surat  keputusan  dari  Kementerian  berdasarkan  usulan  Kanwil Kementerian Agama Provinsi (Dispensasi 5). 

11. Belum usia pensiun. 
12. Memiliki  hasil  nilai  Penilaian  Kinerja  (PK)  Guru  dengan  sebutan  “baik”  pada  tahun sebelumnya. 
13. Tidak beralih status dari guru atau pengawas sekolah pada madrasah. 
14. Tidak  terikat  sebagai  tenaga  tetap  pada  instansi  selain  satuan  pendidikan  Kementerian Agama. 
15. Tidak merangkap jabatan di lembaga eksekutif, yudikatif, atau legislatif. 
16. Untuk  jenjang  RA,  satu  rombongan  belajar  bisa  diampu  oleh  guru  secara  tim  (team teaching)  oleh  maksimal  2  orang  guru.  Beban  kerja  2  (dua)  orang  guru  dimaksud tetap diakui utuh tanpa dibagi jamnya. 
17. Tunjangan profesi dapat dibayarkan bagi: 
a)  Guru  yang  sakit  lebih  dari  2  (dua)  hari  sampai  dengan  14  (empat  belas)  hari kalender  dalam  bulan  berjalan  dengan  dibuktikan  surat  keterangan  sakit  dari dokter  pemerintah.  Jika  harus  rawat  inap  wajib  melampirkan  surat  keterangan rawat inap dari rumah sakit. 
b)  Guru yang melaksanakan cuti bersalin (untuk anak pertama sampai anak ketiga). 
c)  Guru  yang  mengikuti  tugas  kependidikan  yang  linier  dengan  tugas  keprofesian pendidiknya  seperti  seminar,  workshop,  bimbingan  teknis,  pendidikan/pelatihan dan  sejenisnya.  Bagi  guru  PNS  wajib  melampirkan  surat  tugas  dari  atasan langsung, sedangkan guru Bukan PNS wajib melampirkan surat tugas dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 
d)  Guru  yang  melaksanakan  tugas  kedinasan  sebagai  petugas  haji  yang  dibuktikan dengan surat resmi dari atasan langsung dan/atau pejabat terkait. 
e)  Guru  yang  melaksanakan  studi  perkuliahan  (izin  belajar)  menggunakan  biaya mandiri dengan tetap melaksanakan tugas keprofesiannya sebagai guru. 

18. Tunjangan profesi tidak dapat dibayarkan bagi: 
a)  Guru yang sakit selama 1 (satu) bulan. Misal seorang guru sakit mulai tanggal 25 Februari 2017 – 5 April 2017. Mulai tanggal 5 April 2017 seterusnya sudah sembuh dan mulai aktif mengajar kembali, maka bulan Februari dan April tunjangan profesinya tetap dibayarkan, sedangkan tunjangan profesinya di bulan Maret tidak dapat dibayarkan. 
b)  Guru yang melaksanakan cuti bersalin (untuk anak ke empat dan seterusnya). 
c)  Guru yang melaksanakan cuti di luar tanggungan negara. 
d)  Guru melaksanakan ibadah haji dan/atau umroh dengan biaya sendiri. 
e)  Guru  yang  melaksanakan  studi  perkuliahan  (tugas  belajar)  menggunakan  biaya dari pemerintah/pemerintah daerah/sponsor. 

20. Dalam hal guru izin tidak melaksanakan tugas mengajar, tunjangan profesinya tetap dapat  dibayarkan  selama  masih  dapat  memenuhi  beban  kerja  minimal  24  JTM  per minggu  yang  diganti  pada  hari  lain  di  bulan  yang  sama  dengan  dibuktikan  surat keterangan  dari  Kepala  Madrasah  Negeri  dan/atau  Kepala  Madrasah  Swasta.  Surat keterangan  dari  Kepala  Madrasah  Swasta  harus  diketahui  oleh  Kepala  Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 
21. Masa  kerja  guru  yang  diangkat  sebagai  kepala  madrasah  dihitung  sesuai  dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
22. Bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik tetapi status kepegawaiannya masih calon  pegawai  negeri  sipil  (CPNS),  maka  tunjangan  profesinya  dibayarkan  sebesar 80% dari gaji pokok golongan III/a masa kerja 0 tahun. Aturan ini berlaku mulai tahun 2017  sehingga  tahun  sebelumnya  tidak  diberikan  dan  tidak  dianggap  kurang  bayar (carry over). 

23. Bagi  pengawas  pada  madrasah,  berhak  mendapatkan  tunjangan  profesi  apabila memenuhi salah satu ketentuan di bawah ini: 
a)  Memenuhi  jumlah  minimal  satuan  pendidikan  binaan,  yaitu  10  (sepuluh)  satuan pendidikan  untuk  jenjang  RA  dan  MI,  dan/atau  7  (tujuh)  satuan  pendidikan jenjang MTs, MA, dan MAK. 
b)  Pengawas tersebut paling  sedikit  memverifikasi hasil PKG minimal  60 guru pada madrasah  binaannya  untuk  jenjang  RA/MI  dan  minimal  40  (empat  puluh)  guru pada madrasah binaanya untuk jenjang MTs/MA/MAK. 
c)  Pengawas sekolah pada madrasah yang bertugas di daerah khusus: 
1)  Memenuhi  jumlah  minimal  Satuan  Pendidikan  binaan,  yaitu  5  (lima)  satuan pendidikan. 
2)  Pengawas  tersebut  paling  sedikit  menverifikasi  hasil  PKG  minimal  15  (lima belas) guru pada madrasah binaannya. 
d) Guru pada satminkal madrasah yang menjadi binaan pengawas madrasah adalah guru  yang  aktif  dan  memiliki  jam  mengajar  di  satuan  pendidikan  Kementerian Agama (masih aktif mengajar sesuai dengan peraturan perundang — undangan). 

24. Bagi  Satuan  Pendidikan  yang  menggunakan  Kurikulum  Tahun  2006  dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. 
25. Beban  kerja  bagi  guru  pada  satuan  pendidikan  yang  menggunakan  Kurikulum  2013 diatur sebagai berikut: 
a)  Guru  kelas/guru  mata  pelajaran  yang  melaksanakan  tugas  tambahan  sebagai pembina  pramuka  (minimal  telah  bersertifikat  kursus  mahir  dasar)  dihitung sebagai  bagian  dari  pemenuhan  beban  kerja  guru  paling  banyak  2  (dua)  jam pelajaran per minggu. Jumlah guru yang diberi tugas tambahan sebagai pembina pramuka  di  kegiatan  ekstra  kurikuler  wajib  di  satu  satuan  pendidikan  adalah sebagai berikut: 
1)  Jumlah rombel 1 — 6 sebanyak 1 pembina pramuka; 
2)  Jumlah rombel 7 —12 sebanyak 2 pembina pramuka; 
3)  Jumlah rombel 13 — 18 sebanyak 3 pembina pramuka; 
4)  Jumlah rombel >18 sebanyak 4 pembina pramuka. 

b) Bagi guru MA dan MAK yang satuan pendidikannya menyelenggarakan kurikulum 2013,  memiliki  sertifikat pendidik dan mengajar pada peminatan bahasa kecuali bahasa  Inggris,  termasuk  kategori  mata  pelajaran  langka,  karena  guru  tidak dapat  diberi  tugas  pada  satuan  pendidikan  lain  untuk  mengajar  sesuai  dengan sertifikat pendidiknya dengan alasan kesulitan akses dibandingkan dengan jarak dan waktu tempuh. 

c)  Jenis  dan  Sertifikat  Pendidik  Guru  Pengampu  Mata  Pelajaran  tertentu  pada Kurikulum 2013: 
1)  Guru  MTs  yang  bersertifikat  keterampilan  dan  IPA  dapat  mengampu  mata pelajaran prakarya di MTs. 
2)  Guru paket kejuruan MAK dapat mengampu mata pelajaran  prakarya di MTs atau  mata  pelajaran  prakarya  dan  kewirausahaan  di  MA  sesuai  dengan  KD pada mata pelajaran prakarya yang diajarkan (kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan). 
3)  Guru  Fisika,  Kimia,  Biologi,  dan  Ekonomi  dapat  mengajar  mata  pelajaran prakarya dan kewirausahaan di MA. 
4)  Guru MAK yang bersertifikat paket kejuruan dapat mengampu mata pelajaran prakarya  sesuai  dengan  KD  pada  mata  pelajaran  prakarya  yang  diajarkan (kerajinan, rekayasa, budidaya, dan pengolahan) di MAK. 
5)  Guru  paket  keahlian  yang  sesuai  dengan  program  yang  dibuka  dapat mengajar  mata  pelajaran  pada  mata  pelajaran  prakarya  dan  kewirausahaan di MAK. 
6)  Guru kewirausahaan di MAK dapat mengajar prakarya dan kewirausahaan. 
7)  Guru  yang  mengajar  rumpun  mata  pelajaran  IPA  dan  IPS  jenjang  MTs,  MA  dan MAK  beban  kerjanya  dihitung  berdasarkan  kurikulum  yang  berlaku  pada rombongan belajar yang dibinanya. 

d)  Satuan  Pendidikan  yang  melaksanakan  kurikulum  2013  dan  menetapkan  muatan  lokal sebagai  mata  pelajaran  yang  berdiri  sendiri,  dapat  menambah  beban  belajar  muatan lokal paling banyak 2 (dua) jam per minggu. Kebutuhan sumber daya pendidikan yang meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan dana termasuk Tunjangan Profesi sebagai implikasi penambahan beban belajar muatan lokal ditanggung oleh pejabat yang menetapkan. 
e)  Bertugas sebagai guru pembimbing TIK memberikan layanan kepada paling sedikit 150  (seratus  lima  puluh)  peserta  didik  pada  satu  atau  lebih  satuan  pendidikan, bagi satuan pendidikan yang menggunakan kurikulum 2013. Jumlah peserta didik yang dilayani pada satminkal paling sedikit 40 (empat puluh) peserta didik. 
f)  Bagi  Guru  pembimbing  TIK  yang  mendapatkan  tugas  tambahan  sebagai  kepala madrasah  yang  melaksanakan  Kurikulum  2013  untuk  memenuhi  24  jam  tatap muka per minggu harus membimbing paling sedikit 40 (empat puluh) peserta didik di satminkalnya. 
g)  Bagi  Guru  pembimbing  TIK  yang  mendapatkan  tugas  tambahan  sebagai  Wakil Kepala  Madrasah/Kepala  Laboratorium  Kepala  Perpustakaan  Kepala Bengkel/Ketua  Program  Keahlian/Kepala  Unit  Produksi  yang  melaksanakan Kurikulum  2013  untuk  memenuhi  24  jam  tatap  muka  per  minggu  harus membimbing paling sedikit 80 (delapan puluh) peserta didik di satminkalnya. 
h)  Bagi satuan pendidikan jenjang Madrasah Ibtidaiyah yang menggunakan Kurikulum 2013 dapat  menambah  beban  belajar  per  minggu  sesuai  dengan  kebutuhan  belajar  peserta didik  dan/atau  kebutuhan  akademik,  sosial,  budaya,  dan  faktor  lain  yang  dianggap penting di dalam struktur program, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu hanya terbatas bagi mata pelajaran Agama atau Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. 
i)  Bagi Satuan pendidikan jenjang MTs, MA/MAK yang menggunakan Kurikulum 2013 dapat menambah  beban  belajar  per  minggu  sesuai  dengan  kebutuhan  belajar  peserta  didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting di dalam  struktur  program,  namun  yang  diperhitungkan  Pemerintah  maksimal  2  (dua) jam/minggu. 
Seluruh kriteria tersebut di atas, dibuktikan melalui dokumen atau pemberkasan diverifikasi oleh  Kantor  Kementerian  Agama  Kabupaten/Kota  dan/atau  Kanwil  Kementerian  Agama Provinsi sesuai dengan kewenangannya.

B. KETENTUAN MEKANISME 
1.  Direktorat terkait pada Ditjen Pendidikan Islam menerbitkan Surat Penetapan Nomor Registrasi  Guru  (NRG)  dalam  bentuk  Piagam  NRG  dalam  format  S26e  atau  Piagam NRG  secara  digital  sesuai  data  NRG  yang  disampaikan  oleh  Ditjen  Guru  dan  Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada Kementerian Agama.
2.  Guru memiliki hasil penilaian kinerja sebagaimana tercantum dalam Format yang ada di  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  Nomor  35  Tahun  2010  tentang  Petunjuk Teknis  Pelaksanaan  Jabatan  Fungsional  Guru  dan  Angka  Kreditnya  dan  Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. 
3.  Hasil penilaian kinerja guru sumatif menjadi bukti pelaksanaan penilaian kinerja guru untuk  pembayaran  tunjangan  profesi  tahun  berikutnya.  Hasil  Penilaian  kinerja  guru yang  diakui  adalah  hasil  penilaian  yang  sesuai  dengan  sertifikat  pendidik  yang dimilikinya. 
4.  Tunjangan  profesi  diberikan  kepada  guru  pada  tahun  berkenaan  dengan  hasil penilaian kinerja guru minimal "baik" pada tahun sebelumnya. 
5.  Guru  yang  memenuhi  seluruh  kriteria  dan  persyaratan,  SKMT  dan  SKBKnya  yang diterbitkan melalui SIMPATIKA ditandatangani oleh Kepala Madrasah Negeri dan/atau Kepala  Kantor  Kementerian  Agama  Kabupaten/Kota.  Tunjangan  profesi  guru dibayarkan  setelah  Kepala  Madrasah  Negeri  dan/atau  Kantor  Kementerian  Agama Kabupaten/Kota  sesuai  dengan  kewenangannya  memverifikasi  keabsahan  data  dan hasil PK guru. 
6.  Bagi guru yang mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB) dengan  pola  pendidikan  dan  latihan  (diklat)  tatap  muka  paling  banyak  100  jam  (14 hari  kalender)  dalam  bulan  yang  sama,  dan  mendapat  izin/persetujuan  tertulis  dari Kepala Madrasah Negeri (bagi GPNS), sedangkan guru bukan PNS dan guru PNS DPK pada  madrasah  swasta  mendapatkan  izin/persetujuan  tertulis  dari  Kepala  Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, tunjangan profesinya tetap dibayarkan. 
7.  Selama  liburan  berdasarkan  kalender  akademik,  guru  tetap  memperoleh  tunjangan profesi. 
8.  Bagi  guru  yang  sudah  melaksanakan  Verval  NRG  melalui  SIMPATIKA  namun  belum mendapat  persetujuan  dari  Kanwil  dan  sudah  memiliki  SK  Dirjen  tentang  Penetapan NRG  sebelumnya  maka  bisa  diberikan  dispensasi  kelayakan  dengan  memperhatikan pemenuhan beban kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku (Dispensasi 6).

PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI Guru Madrasah 2017
A. PROSEDUR PEMBAYARAN 
1.  Pembayaran  tunjangan  profesi  guru  dilakukan  oleh  Kuasa  Pengguna  Anggaran  (KPA) 
pada  masing-masing  Satuan  Kerja  (satker)  yang  terkait  sesuai  dengan  ketentuan 
peraturan perundang-undangan. 
2.  Kepala  Kantor  Kementerian  Agama  Kabupaten/Kota  dan  Kepala  Madrasah  Negeri wajib  melakukan  verifikasi  terhadap  usulan  dan  kelengkapan  berkas  pengajuan pembayaran  tunjangan  profesi  dengan  berpedoman  pada  kriteria  dan  persyaratan sebagaimana diatur di dalam petunjuk teknis ini. 
3.  Dalam  hal  terdapat  tunggakan  atau  kekurangan  bayar  atas  tunjangan  profesi  guru pada  tahun  sebelumnya,  pembayaran  tunjangan  profesi  guru  dapat  diberikan sepanjang pagu DIPA tersedia (termasuk DIPA pada APBN-P) tanpa melakukan revisi DIPA tahun berjalan. 
4.  Dalam  hal  terdapat  kekurangan  bayar  atas  tunjangan  profesi  guru madrasah yang diakibatkan adanya kenaikan pangkat, kenaikan  gaji  berkala  dan/atau inpassing,pembayaran dapat diberikan sepanjang pagu DIPA tahun berjalan tersedia. 
5.  Ketentuan pada nomor  3 dan  4  di  atas  dilaksanakan  dengan  memperhatikan  halhal sebagai berikut: 
a) Memiliki  surat  keterangan  kekurangan  pembayaran  tunjangan  profesi  yang diterbitkan oleh pimpinan/pejabat pada satuan kerja terkait; 
b) Mendapatkan  surat  rekomendasi  dari  tim  Badan  Pengawasan  Keuangan  dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Kementerian Agama, atau Lembaga Pengawasan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah; 
c) Kekurangan  pembayaran  tunjangan  profesi  tahun-tahun  sebelumnya  diusulkan oleh masing-masing pimpinan satuan kerja kepada Dirjen Pendidikan Islam cq. Sekretaris  Ditjen  Pendidikan Islam  melalui  Kanwil  Kementerian  Agama  Provinsi dengan melengkapi dokumen yang dibutuhkan.
6.  Pembayaran  tunjangan  profesi  guru  madrasah  dapat  diberikan  secara  bertahap  atau setiap bulan sesuai kondisi masing-masing satuan kerja. 
7.  Pembayar an  t unjangan  prof esi  guru  tidak  menghalangi  guru  untuk  menerima tunjangan  kependidikan  (fungsional),  bantuan  tunjangan  fungsional,  bantuan tunjangan  khusus,  dan  tunjangan  lainnya  sesuai  dengan  peraturan  perundangundangan. 
8.  Permohonan  pembayaran  tunjangan  profesi  disampaikan  kepada  Pejabat  Pembuat Komitmen  pada  masing-masing  satuan  kerja  dengan  melampirkan  dokumen  sebagai berikut: 
a) fotokopi  Kenaikan  Gaji  Berkala  atau  dokumen  lain  yang  secara  sah menunjukkan gaji terakhir (bagi Guru PNS); 
b) fotokopi  Surat  Keputusan  pengangkatan  sebagai  Guru  Tetap  yang  diketahui  oleh Kepala Kemenag Kabupaten/Kota (bagi Guru Bukan PNS); 
c) fotokopi  Sertifikat  Pendidik  yang  dilegalisasi  Perguruan  Tinggi  yang  menerbitkannya (khusus untuk pembayaran pada tahun pertama); 
d) Cetak asli Nomor Registrasi Guru (NRG) Format S26e at au cet ak Piagam NRG yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam melalui SIMPATIKA; 
e) fotokopi  ijazah  pendidikan  terakhir  yang  telah  dilegalisasi  oleh  instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 
f) fotokopi buku rekening bank yang masih berlaku; 
g) Cetak  asli  Surat  Ket erangan  telah  memenuhi  Beban  Kerja  (SKBK)/Format S29e dari SIMPATIKA dengan ketentuan sebagai berikut: 
1) Guru  PNS  yang  satuan  administrasi  pangkalnya  Madrasah  Negeri,  SKBK diterbitkan melalui SIMPATIKA oleh Kepala Madrasah Negeri yang bersangkutan. 
2) Guru  selain  sebagaimana  dimaksud  pada  huruf  a  SKBK  diterbitkan  oleh  Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 
3) SKBK dan SKMT (Surat Keterangan Melaksanakan Tugas) diterbitkan setiap enam bulan (satu semester) atau sesuai dengan kalender akademik yang berlaku. 
4) Dalam  hal  guru  mengajar  di  beberapa  madrasah,  SKBK  diterbitkan berdasarkan  SKMT  yang  diterbitkan  oleh  Kepala  madrasah  satminkal  atau non  satminkal  diketahui  oleh  pengawas.,  sedangkan  SKMT  bagi  Pengawas diterbitkan  oleh  Kepala  Kantor  Kementerian  Agama  Kabupaten/Kota  yang bersangkutan. 

WAKTU PELAKSANAAN PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU MADRASAH
Pembayaran  tunjangan  profesi  dibayarkan  terhitung  mulai  bulan  Januari  tahun  berikutnya setelah guru yang bersangkutan mendapatkan Nomor Registrasi Guru (NRG) dari Kementerian Pendidikan  dan  Kebudayaan  dan  telah  ditetapkan  oleh  Direktur  Jenderal  Pendidikan  Islam Kementerian Agama. Penghitungan atas pembayaran tunjangan profesi tidak memperhatikan tahun terbitnya sertifikat pendidik.

Tunjangan  profesi  guru  disalurkan  secara  bertahap  melalui  rekening  guru  madrasah  yang tertera di dalam lampiran Keputusan pejabat terkait tentang Penerima Tunjangan Profesi Guru dilakukan  setiap  bulan  bagi  guru  PNS  melalui  DIPA  Madrasah  Negeri  dan/atau  DIPA  Kantor Kementerian  Agama  Kabupaten/Kota.  Bagi  guru  Bukan  PNS  penyaluran  tunjangan  profesi dapat  dilakukan  setiap  bulan  dan/atau  per  triwulan  sesuai  dengan  kondisi  masing-masing Satuan kerja. 

PEMBATALAN DAN PENGHENTIAN PENYALURAN 
1. Pembatalan Pembayaran
Tunjangan profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila:
a.  Terbukti  memiliki  sertifikat  pendidik  yang  tidak  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan; 
b.  Menerima  lebih dari satu tunjangan profesi  yang  berasal dari sumber dana yang  sama atau  berbeda  maka  guru  yang  bersangkutan  hanya  dapat  menerima  satu  tunjangan profesi  dan  kelebihan  pembayaran  tunjangan  profesi  lainnya  yang  tidak  sah  wajib dikembalikan ke kas negara. Penerima tunjangan profesi wajib mengembalikan tunjangan profesi  yang  dibatalkan  atau  kelebihan  penerimaan  tunjangan  profesi  ke  kas  negara melalui rekening kas satuan kerja terkait dengan menggunakan SSBP (Surat Setor Bukan Pajak). 
2. Penghentian Pembayaran 
Pembayaran  tunjangan  profesi  guru  dihentikan  apabila  guru  penerima  tunjangan profesi memenuhi satu atau beberapa keadaan sebagai berikut: 
a)  meninggal dunia; 
b) memasuki usia 60 (enam puluh) tahun atau pensiun; 
c)  tidak lagi menjalankan tugas sebagai guru madrasah; 
d) berhalangan  tetap  sehingga  tidak  dapat  menjalankan  tugas  sebagai  guru  pada satuan pendidikan; 
e)  sedang melaksanakan tugas belajar; 
f)  beralih  tugas  atau  mutasi  dari  jabatan  fungsional  guru  ke  jabatan  struktural  atau jabatan fungsional lainnya; 
g) memiliki jabatan rangkap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 
h) tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik; 
i)  melakukan tindakan melawan hukum yang sudah ditetapkan oleh pengadilan; 
j)  tidak memenuhi beban kerja minimal yang ditentukan; dan 
k)  tidak lagi memenuhi kriteria dan persyaratan yang diatur dalam ketentuan ini. 
l)  kualifikasi  akademik  minimal  tidak  terpenuhi  sesuai  dengan  peraturan  perundangundangan. 
m) diketahui  tidak  memenuhi  persyaratan  ketika  ditetapkan  sebagai  calon  peserta sertifikasi  guru  meskipun  guru  yang  bersangkutan  telah  dinyatakan  lulus, pembayaran tunjangan profesinya diberhentikan sejak bulan Juli 2016. 

Kondisi  atas  penghentian  pembayaran  tunjangan  profesi  sebagaimana  tersebut  di atas dinyatakan dengan  surat  keputusan  atau  keterangan  resmi  dari  Kepala  Kantor Kementerian  Agama Kabupaten/Kota  atau  Kepala  Satuan  Kerja  lainnya  yang menjadi pelaksana pembayaran tunjangan profesi. 

F.  PERPAJAKAN 
Terhadap  tunjangan  profesi  guru  bagi  PNS  dan  GBPNS  dikenakan  Pajak  Penghasilan (PPh) berdasarkan  Pasal  21  Undang-Undang  Nomor  7  Tahun  1983  Tentang  Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 

Itulah beberapa informasi yang terdapat di dalam Petunjuk Teknis (Juknis) Penyaluran Tunjangan Profesi Guru (TPG) Bagi Guru Madrasah Tahun 2017. Jika Anda ingin mengetahui informasi lebih detailnya, Anda bisa mengunduh file asline pada link download di bawah ini. Semoga informasi yang telah kami berikan di atas dapat membantu para guru dalam mempersiapkan dirinya untuk menerima Tunjangan Profesi Gurunya. 

Link Download: 

Related Posts

Load comments