Bantuan rumah ramah gempa dari Universitas Syiah Kuala untuk Pijay


Pembangunan bantuan rumah ramah gempa dari Unsyiah - Gempa bumi yang sempat melanda Aceh, telah memberikan semangat pada mahasiswa Aceh untuk memberikan rumah yang bisa tahan dengan gempa. Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) adalah salah satu universitas yang telah menciptakan satu unit rumah ramah gempa yang juga diberikan sebagai bantuan kepada korban gempa di Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Rumah ramah gempa ini dirancang sendiri oleh peneliti dai Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.

Rumah ramah gempa yang pertama dibangun berada di Gampong, Paro Keude, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya. Rumah yang telah rampung pembangunannya diserahkan langsung oleh Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal  kepada salah satu korban gempa yang bernama Hasan Ahmad.

Rektor Unsyiah menjelaskan pembangunan rumah ramah gempa tersebut memiliki konsep adaptif terhadap gempa namun kualitas dari rumah ramah gempa tersebut tergantung pada kemampuan kontraktor yang membangun dari awal. Nantinya setiap kabupaten/kota di Aceh akan menerima bantuan berupa rumah ramah gempa. 

Seperti yang dijelaskan oleh Samsul Rizal berikut, pada Jumat (17/02/2017) "Rumah yang diberikan hanya satu unit sebagai rumah contoh yang memenuhi standar untuk Provinsi Aceh yang rawan terhadap gempa. Mudah-mudahan rumah ini bisa digunakan dan sebagai bentuk pengabdian Unsyiah terhadap masyarakat", dikutip dari Okezone.com.

Dijelaskan juga biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan setiap rumah ramah gempa adalah sekitar Rp 70 hingga Rp 85 juta per satu unit rumah. Dan besaran rumah yang ada ditentukan oleh bahan akhir yang digunakan, hal tersebut dijelaskan oleh Dr Abdullah, Tim peneliti rumah ramah gempa dari Unsyiah.

Abdullah juga menjelaskan bahwa rumah ramah gempa ini memiliki spesifikasi khusus dimana bahan-bahan yang digunakan menggunakan bahan yang ringan, seperti beton yang digunakan berbahan ringan, termasuk baja yang digunakan dan semua bahan disambung menggunakan baut, dan luas lantai hanya 36 meter. 

"Kami melihat rumah-rumah yang rubuh itu masalahnya ada pada sambungan. Kami yakin rumah ini Insya Allah aman dari gempa, kecuali bautnya putus" katanya.

Abdullah mengatakan bahwa Pemkab Pidie Jaya sebenarnya tertarik dengan konsep rumah ini. Dan sebelumnya Pemkab memiliki rencana akan membangun rumah ramah gempa yang digagas oleh Unsyiah lebih dari 1000 unit.

Namun Pemkab hanya menyediakan dana Rp 40 juta untuk setiap unit rumah. Maka dari itu pihak Unsyiah perlu mengkaji ulang agar jumlah dana tersebut bisa cukup untuk membangun rumah ramah gempa. Pihak Unsyiah sedang mengelompokkan bagian-bagian yang tidak diprioritaskan agar bisa dihapus dari pendanaan, seperti lantai yang menggunakan keramik atau pengecatan rumah yang bisa dilakukan sendiri oleh penerima rumah bantuan tersebut.

Baca juga Dosen asal Jepang kagum pada mobil listrik karya mahasiswa UNY 

"Dengan begitu biaya pembangunan rumah bisa diturunkan. Jadi inilah yang coba kita hitung kembali, apa yang harus dihilangkan sehingga cukuplah dana Rp40 juta untuk satu unit rumah" tambah Abdullah.

Dan Bupati Pijay memberikan apresiasi atas keterlibatan dari pihak Unsyiah yang telah membantu korban gempa baik pascagempa maupun saat masa pemulihan. Apresiasi besar juga diberikan atas penawaran rumah ramah gempa dari Unsyiah.

"Konsep rumah ramah gempa Unsyiah ini akan menjadi rujukan Pemkab Pijay untuk membangun rumah korban gempa lainya nanti" tutupnya.

Related Posts

Load comments