Fenomena Mengenai Kecerdasan Anak-Anak - Tentunya kita semua tidak asing dengan kata-kata kecerdasan anak, Sejak kecil biasanya seorang anak diharapkan orang tuanya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah. Setelah lulus sekolah, mereka diharapkan untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus dan gaji tinggi. Banyak orang tua, bahkan para pendidik berpikir bahwa nilai tinggi dan lulus sekolah merupakan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dan kesuksesan. Selain itu, jika seseorang mempunyai kecerdasan Intelektual (IQ) tinggi, maka orang tersebut akan meraih kesuksesan besar.
Pada kenyataanya, ada banyak kasus di mana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) tinggi, malah tersisih dari orag lain yang tingkat IQnya lebih rendah. Ternyata IQ atau kepanjangannya Intelegence Quetional atau disebut kecerdasan intelektual tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan. Akan tetapi kenyataanya, dalam langan kerja yang semakin kompetitif dan spesialistis, membuat tidak seseorang pun yang dapat mencapai tujuan mereka tanpa harus bekerjasama dengan orang lain, karenanya setiap orang dituntut untuk memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
Baca Juga: Apakah Kecerdasan IQ, EQ dan SQ itu?
Ada seorang anak yang sangat mampu daam pelajaran logika atau menghitung khususnya matematika, namun ada juga seorang anak yang tidak memiliki kecerdasan dalam pelajaran tersebut, namun dia memiliki potensi misalnya dalam menggambar.
Banyak orang berpandangan, bahwa jika seseorang memiliki kemampuan eksakta atau berhubungan dengan pelajaran, maka masa depan anak itu akan sukses, karena mereka memiliki kemampuan untuk menghitung. Padahal setiap kemampuan orang masing-masing berbeda-beda. orang yang sangat ahli matematika belum tentu ahli dalam seni, olahraga, musik dan lain-lain. Bahkan orang yang sangat pandai dalam pelajaran belum tentu sukses seperti seniman terkenal yang belum tentu mereka memiliki pendidikan yang tinggi, bahkan mungkin malah putus sekolah.
Sebuah penelitian dari Peter Salovey dari Yale University, melalui sebuah tes sederhana dimana anak-anak berusia 4 tahun diundang masuk ke dalam suatu ruangan dan diberi instrukti sbb, "Siapa yang mau satu buah permen marshmallow sekarang ini bisa langsung mendapatkannya (kelompok I), tapi jika ada yang mau menunggu sampai saya kembali, akan mendapatkan 2 buah permen (kelompok II)". Kemudian Peneliti itu meninggalkan ruangan tersebut. Kelompok I, seketika itu juga mengambil marsmallow saat peneliti keluar ruangan. Sedangkan kelompok II menunggu sampai peneliti kembali. Kemudian hasil pengelompokan anak dicatat dan para peneliti menindaklanjuti sampai anak-anak tumbuh dan berkembang memasuki Sekolah Lanjutan.
Rupanya terjadi perbedaan dari kedua kelompok tersebut. Kelompok II memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik, lebih populer, berjiwa petualang, percaya diri dan mandiri daripada kelompok I. Sedangkan kelompok I lebih bersifat mandiri, mudah frustasi, keras kepala, tidak tahan stress, pemalu dan menghindari tantangan.
Baca Juga: Tips Meningkatkan IQ, EQ dan SQ
Peter menyatakan, bahwa IQ menyebabkan seseorang mendapatkan suatu pekerjaan, sedangkan Kemampuan bersikap (EQ) menyebabkan seseorang mendapatkan promosi (kenaikan pangkat/jabatan). Ia juga menyarankan pentingnya mendefinisikan, dalam dunia kompleks ini, apa sebenarnya arti menjadi Cerdas.
Singkatnya, ketika seseorang akan memprediksi sukses yang akan datang, kekuatan otak sebagaimana diukur oleh IQ dari achievment test, sesungguhnya lebih kecil dibanding kekuatan karakter, atau EQnya. Definisi IQ adalah seberapa cerdas seseorang, sedangkan definisi EQ adalah seberapa baik seseorang mempergunakan kecerdasan yang dimilikinya.